Jumat, 15 April 2011

Paket teknologi budidaya Kentang


Budidaya Kentang


 PENDAHULUAN

Di Sulawesi Selatan, kentang merupakan komoditas sayuran primadona didaerah dataran tinggi. Dalam perwilayahan komoditas Sulawesi Selatan telah ditetapkan sentra-sentra pengembangan kentang meliputi Kab. Tator, Enrekang, Polmas, Gowa dan Bantaeng dengan luas lahan tercatat 23.074,5 ha. Pada tahun 2000, luas panen kentang didaerah ini tercatat 3.443 ha dengan produktivitas yang masih rendah 3,75 t/ha.

Rendahnya produktivitas diatas disebabkan anatara lain, penggunaan bibit bermutu rendah, pengelolaan budidaya yang belum optimal serta penanganan pasca panen yang belum memadai. Dilain pihak, teknolgi budidaya kentang telah banyak dihasilkan oleh BPTP dan lembaga penelitian lain dengan hasil produksi mencapai 21-25 ton/ha. Kesenjangan hasil yang tinggi antara yang dicapai petani dengan hasil ditingkat penelitian, disebabkan karena teknologi yang ada belum sepenuhnya diterima dan diterapka oleh petani.

VARIETAS
• Untuk dataran tinggi adalah granola, cipanas, HPS, nikola, atzimba
• Dataran medium adalah berolina, Dto.33,Desiree

PENYIAPAN BIBIT
• Kebutuhan bibit/ha 1,2 -1,5 ton
• Ukuran bibit 28-55 mm dengan bobot umbi antara 30-60 gram/umbi
• Bibit yang akan ditanam, bibit yang sudah bertunas

PENYIAPAN LAHAN
• Lahan  yang akan ditanami dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa tanaman musim sebelumnya.
• Tanah diolah dengan menggunakan cangkul sampai gembur

PANANAMAN
• Penanaman dilakukan dengan system alur/garitan dengan jarak 40 cm dan jarak antara barisan 80 cm.
• Penanaman dilakukan dengan meletakkan 1 umbi bibit/lubang, lalu ditutup tipis dengan tanah
Budidaya kentang













PEMUPUKAN

Pemupukan pertaa diberkan pada saat tanam dengan dosis 300 kg/ZA, 250 kg SP36, 250 kg KCI/ha serta 20 t/ha pupuk kandang.

Pada umur 35 hst, tanaman dipupuk dengan urea 250 kg/ha
Pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan dalam garitan-garitan pada saat tanam dan ditugal pada pemupukan kedua dengan jarak sekitar 5 cm dari tanaman.

PENYIANGAN DAN PEMBUMBUNAN
• Penyiangan dilakukan sesuai dengan keadaan gulma
• Pembumbunan dilakukan pada umur 25 hst dan 35 hst.
• Pembubunan diusahakan tidak mengganggu syste perakaran

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama pengisap daun (Thrips palmi)


• Pengendaliannya dengan memasang perangkap berperekat warna biru
• Apabila ditemukan pengisap daun 10 ekjor/daun tanaman disemprot dengan insektisida seperti decis(1 ml/1ltr air) atau ambush 2 EC (3ml/ltr)
• Penyemprotan sebaiknya dilakukan sore hari, pada waktu matahari tidak terik

b. Hama Kutu daun/Aphid (Myzus persicae)

• Penanaman tanaman pinggir seperti kubis
• Pemasangan perangkap kuning dan apabila terdapat 7 ekor nimpa/10 daun, tanaman disemprot dengan insektisida seperti decis 2,5 EC (1ml/ltr air)

C.Hama Penggerek Umbi (Phthorimae operculella)


• Menaikkan gulugdan sampai semua umbi tertutup tanah agar ngengat tidak dapat meletakkan telurnya.
• Bila ditemukan 2 larva/pertanaman dapat disemprot dengan insektisida seperti : Orthene 75 sp 3g/ltr air dan pada umbi seperti sevin 85 S dengan dosis 100g/10 kg umbi.

d. Penyakit busuk daun (Phytophtora infestans)

• Daun yang terserang dipetik dan dimusnahkan
• Penyemprotan dilakukan bila terdapat 1 bercak aktif/10 tanaman contoh dengan Fungisida sistimek, yang kemudian diteruskan dengan fungisida kontak seminggu sekali seperti antracol 70 WP (2gram/ltr air) Dithane M-45 (1,5-2,5g/l air)
• Penyemprotan dengan ekstrak pinang 30 ml/ltr air

e.Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum avirulent)

• Tanaman sakit dicabut dan dimusnahkan
• Perendaman umbi bibit dengan Pseudomonas  Italie solanacearum avirulent .
• Kentang dipanen setelah umbi cukup tua (100-140 hst), bila kulit umbi telah melekat erat 
pada daging umbinya sehingga bila ditekan dengan jari kulitnya tidak terkelupas.
• Panen dilakukan pada cuaca terang dan kering
• Umbi yang sakit dipisahkan dan dimusnahkan
• Umbi dikelompokkan berdasarkan dengan ukurannya.
• Umbi yang akan disimpan untuk bibit diberikan insektisida dan fungisida untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit selama penyimpanan.

Tabel 1. Umbi dikelompokkan berdasarkan ukuran
Kelas Umbi Bobot Umbi
Umbi Konsumsi > 80 gram
Umbi kelas A (bibit besar) 60-80 gram
Umbi kelas B (bibit sedang) 45-60 gram
Umbi kelas C (bibit ) 30-45 gram
Umbi ares (bibit kecil) 20-30 gram
Umbi Kriel (kecil=konsumsi) < 20 gram
Sumber : Hasil Penelitian BPTP Sulawesi Selatan 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar