Jumat, 23 Januari 2015

10 RAHASIA MEMPERBANYAK ANAKAN PADI


anakan-produktif-tanaman-padiSalam Pertanian!! Banyak anak banyak rejeki, falsafah ini sangat pas jika diterapkan dalam ilmu budidaya tanaman padi. Semakin banyak anakan produktif tanaman padi diharapkan akan semakin banyak malai yang terbentuk dan akhirnya diharapkan semakin banyak peningkatan produksi yang kita peroleh. Oleh karena banyaknya anakan produktif merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas tanaman padi selain banyaknya bulir isi pada tiap malai.
Banyak sekali teori dan pengalaman dalam ilmu pertanian berbeda daerah berbeda bdaya beda orang beda cara, demikian pula banyak sekali tips, teori dan metode untuk memperbanyak anakan tanaman padi. Kali ini Gerbang Pertanianakan membagikan sedikit pengalaman kepada pembaca semua bagaimana caranya untuk memperbanyak anakan produktif tanaman padi. Informasi ini kami peroleh dari berbagai sumber dan pengalaman dilapangan.
  1. Tanamlah bibit padi muda. Menurut informasi yang maspary peroleh semakin muda umur bibit padi akan semakin potensi memproduksi anakan yang lebih banyak. Umur terbaik untuk tanam padi adalah antara 10 – 18 hss (hari setelah sebar).
  2. Aplikasi pupuk Phospat seperti SP36 seawal mungkin (kalau perlu sehari atau 2 hari sebelum tanam). Pupuk SP36  membutuhkan waktu yang agak lama untuk bisa terserap oleh akar tanaman, oleh karena itu pemberian SP36 harus seawal mungkin. Salah satu fungsi unsur P yang terkandung dalam SP36 adalah merangsang pembentukan akar, oleh karena itu  maspary menganjurkan pemberian unsur P saat vase pembentukan anakan supaya anakan yang terbentuk bisa diimbangi dengan akar yang sehat, kuat dan panjang.
  3. Aplikasi pupuk Nitrogen seperti urea seawal mungkin. Maksimal 5 hari setelah tanam harus sudah diberikan. Unsur Nitrogen merupakan salah satu kunci utama dalam membantu pembentukan anakan, oleh karena itu saat proses pembentukan anakan jangan sampai belum tersedia unsur ini.
  4. Jangan tanam bibit padi terlalu dalam. Cukup 1-2 cm saja sudah cukup. Ini juga merupakan poin penting untuk meningkatkan jumlah anakan produktif tanaman padi. Tanam bibit padi yang terlalu dalam akan menghabiskan energi tanaman padi untuk menembus tanah penutupnya. Cuma didaerah maspary yang menjadi kendala adalah tukang tanamnya yang sulit melaksanakan, yach….. karena terbiasa tanam dalam. Pernah saya menanyakan pada tukang tandur (tukang tanam) kenapa kalau tanam harus dalam, mereka menjawab katanya kalau nggak dalam nggak enak pak!!
  5. Pengairan yang tidak selalu tergenang. Jaga pemberian air pada tanaman padi secara periodik diairi lalu dibiarkan sampai kering (tanahnya pecah rambut) lalu diairi lagi demikian seterusnya.
  6. Penggunaan varietas unggul seperti benih padi unggul B3. Setiap varietaspasti akan mempunyai kemampuan sendiri-sendiri dalam membentuk anakan yang produktif.
  7. Jarak tanam jangan terlalu rapat, apalagi jika tanahnya subur. Walaupun anakan terbentuk banyak akan tetapi jika jaraknya terlalu rapat biasanya anakan tersebut menjadi kurang produktif. Kalau bisa gunakan sistem tanam jajar legowo seperti yang telah Gerbang Pertanian tulis beberapa waktu yang lalu. Tetapi jika jarak tanamnya menggunakan 40 cm gak perlu pake sistem legowo lagi.
  8. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (hormon tanaman) terutama yang mengandung sitokinin dan giberelin. Menurut maspary poin nomor 8 ini hanyalah opsional, jadi merupakan faktor pendukung saja yang boleh dlakukan dan boleh tidak. Jika mau diberikan sebaiknya bersamaan saat pemupukan oleh karena itu berikan ZPT yang bentuknya padat seperti ZPT Organik yang Gerbang Pertanian telah sediakan. Boleh juga disemprotkan saat umur 15 hst.
  9. Pemberian pupuk organik padat sebagai penyubur dan pembenah tanah. Ini berhubungan erat dengan kondosi kesuburan tanah anda dan proses penyerapan unsur hara yang akan diberikan pada tanaman. Oleh karena itu jumlahnya sangat relatif tergantung kondisi tanah masing-masing petani.
  10. Waspada terhadap hama dan penyakit. Hama yang punya potensi mengurangi anakan antara lain keong mas, sundep dan tikus. Sedangkan penyakit yang membahayakan saat pembentukan anakan padi adalah penyakit busuk pangkal batang padi. Untuk mengatasi semua itu Maspary telah membahasnya semua. Coba telusuri saja di kotak pencarian pada blog Gerbang Pertanian pojok kanan atas.
Ternyata untuk memperbanyak anakan produktif pada tanaman padi tidak mudah ya…. banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi. Barangkali ada rekan-rekan Gerbang Pertanian yang punya tips lain yang lebih mudah untuk memproduksi anakan produktif tanaman padi silahkan hubungi maspary. Kita sharingkan ke teman-teman petani yang lain agar bisa membantu mereka dalam meningkatkan produksinya.
Semoga sedikit tulisan yang terbentuk dari buah pikiran dan pengalaman dari maspry ini bisa memberikan jawaban kepada petani atas persoalan peningkatan produksivitas tanaman padi di Indonesia.
Salam Pertanian!!
Maspary

Jumat, 01 Maret 2013

Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi untuk Jagung

Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Jadi pemupukan berimbang merupakan pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk dan jenis pupuk. Pemupukan diberikan bagi hara yang kurang dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk memelihara hara tanah supaya tidak berkurang. Dalam penerapannya pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal seperti urea, SP-36, TSP,
dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal. Agar sesuai dengan takaran pemupukan berimbang yang spesifik lokasi, komposisi pupuk harus bervariasi sesuai kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Kenapa Spesifik Lokasi?
Tanaman membutuhkan 19 unsur esensial bagi pertumbuhannya. Enam unsur hara dibutuhkan dalam jumlah banyak (N, P, K, Ca, Mg dan S). Kadar hara tanah dipengaruhi oleh unsur pembentuk tanah seperti bahan induk, bahan organik, udara dan air. Pengelolaan tanah dan tanaman juga mempengaruhi hara tanah. Kedua hal tersebut menyebabkan keragaman tanah baik sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Penerapan pemupukan dan pemberian bahan organik yang berbeda dari setiap jengkal tanah menyebabkan perbedaan status kesuburan tanah. Penggunaan varietas jagung
yang potensi hasilnya berbeda, menyebabkan perbedaan penyerapan unsur hara atau perbedaan tingkat hasil.
Bagaimana Menerapkan Pemupukan Berimbang?
Kandungan hara N, P, dan K serta C-organik tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanah. Sebagai contoh, tanah bagian bawah yang datar lebih subur daripada tanah bagian atas atau pada bagian miring. Oleh karena itu dosis pupuk pada tanah-tanah tersebut berbeda. Untuk menerapkan pemupukan berimbang perlu dilakukan analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK).
BagaimanaCara PengukuranKadar Hara Tanah?
Contoh tanah diambil pada areal yang akan ditanami jagung. Pengambilan dilakukan agar mewakili areal tersebut, sehingga sebanyak 10 anak contoh diambil secara acak kemudian dijadikan satu, diaduk sampai rata, kemudian diambil sebanyak + 1 kg. Contoh tanah dianalisis hara P, K, C-organik dan pH tanah serta kebutuhan kapur. Dari hasil tersebut akan diketahui rekomendasi pemupukan SP-36, KCl, kapur dan bahan organik. Apabila hasil analisis hara P berstatus rendah, sedang dan tinggi, maka dosis pupuk SP-36 adalah sebagai berikut: 250, 175, dan 100 kg/ha. Jika
status K rendah, sedang dan tinggi dosis pupuk KCl berturut-turut: 100, 75 dan 50 kg/ha. Kebutuhan kapur berkisar antara 500 - 2.000 kg/ha, dan kebutuhan bahan organik berkisar antara 1-2 t/ha.
Pupuk Apa yang Dapat Digunakan?
Pupuk untuk tanaman jagung dapat menggunakan pupuk tunggal atau NPK majemuk, tergantung ketersediaannya di lapang. Pada tanah yang bersifat masam gunakan pupuk N dari urea, dan amonium nitrat, pupuk SP-36 dan P-alam, pupuk KCl, MOP, serta pupuk NPK yang tersedia. Penambahan kapur pertanian (Kaptan), dapat menggunakan dolomit. Pada tanah bersifat basa digunakan pupuk urea, ZA, SP-36, KCl atau MOP, serta pupuk NPK. Bahan organik dapat menggunakan bahan apa saja yang penting sudah matang.

Kapan Pemberian Pupuk yang Tepat?
Pupuk P merupakan pupuk yang tidak mobil di dalam tanah, sehingga pupuk SP-36 diberikan pada saat tanam. Pupuk urea dan KCl diberikan 2-3 kali, tergantung dengan tekstur tanah. Semakin ringan tekstur tanah, semakin sering diberikan 3 kali atau lebih. Kapur diberikan 3-5 hari sebelum tanam, sedangkan bahan organik yang sudah matang dapat diberikan 1 minggu sebelum tanam.
Bagaimana Cara Pemberian Pupuk?
Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki metode pemberian. Pupuk urea, SP-36 dan KCl atau pupuk NPK majemuk diberikan dengan
Sumber: A. Kasno, Balai Penelitian Tanah

Rabu, 23 Januari 2013

PENGUMUMAN
No. 630/SM.600/J.2/01/13
Pengumuman Format Kontrak Kerja dan Tata Cara Pengisiannya bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Angkatan I, II dan III Tahun 2013

Jumat, 27 Juli 2012

BUDIDAYA PADI SISTEM JAJAR LEGOWO




Legowo menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Menurut beberapa informasi yang saya peroleh cara tanam ini pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Legowo kepala dinas pertanian kabupaten Banjar Negara.
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanpulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
  1. Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
  2. Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.
  3. Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.
Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Padi yang merupakan tanaman pangan utama penduduk, sebagian besar diproduksi di lahan sawah. Belum optimalnya produktivitas padi lahan sawah antara lain karena serangan hama, penyakit dan gulma. Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sitem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan.
Jajar Legowo 2 : 1 (40 cm x (20 cm x 10 – 15 cm)) adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm tergantung dari kesuburan tanahnya.
 
 

Pada tanah yang kurang subur kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20 cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan sedang kebiasaan petani tanam cara tegel 22cm x 22 cm, jarak tanam dalam barisan 12, 5 cm. Pada tanah yang subur 25 cm x 25 cm, jarak tanam dalam barisan 15 cm.


Tujuan dari cara tanam jajar legowo 2 : 1 adalah :
-        Memamfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir.
-        Tanaman relatif aman dari serangan tikus, karena lahan lebih terbuka.
-        Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa.
-        Populasi tanaman bertambah 30 %.
-        Pemupukan lebih efisien.
-        Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan daripada cara tanam biasa.


Teknik Penerapan
a.       Pembuatan baris tanam
Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1 – 2 hari sebelum tanam air dibuang sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas. Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2 : 1 (Atajale 2 : 1), dibuat garis tanam 40 cm x ( 20 cm x 10 cm) dengan cara menarik atajale pada lahan yang akan ditanami. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air pegairan.

 
b.      Tanam
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu tanam.

Teknik Pemeliharaan Tanaman
a.       Pemupukan
Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi sepanjang tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat denga perakaran sehingga dapat dimamfaatkan oleh tanaman secara maksimal.

b.      Penyiangan
Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan landak/osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong sepertimpada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.

 
c. Pengendalian Hama dan Penyaki
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.

Untuk menghitung peningkatan populasi dengan sitem tanam jajar legowo bisa menggunakan rumus :       100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo).
contoh:
  • untuk legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 2) = 30%
  • untuk legowo 3:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 3) = 25%
  • Untuk legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 4) = 20%
  • Untuk legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 5) = 16,6%
 Adapun manfaat sistem tanam jajar legowo adalah:
  1. Menambah jumlah tanaman padi seperti perhitungan diatas
  2. Otomatis juga akan meningkatkan produksi tanaman padi
  3. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir
  4. Mengurangi serangan penyakit
  5. Mengurangi tingkat serangan hama
  6. Mempermudah dalam perawatan baik itu pemupukan maupun penyemprotan pestisida
  7. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman
Selain manfaat sistem tanam jajar legowo juga punya kelemahan antara lain:
  1. Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama pula
  2. Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
  3. Biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumput
 

Jumat, 06 Juli 2012

Budidaya Cengkeh

Deskripsi
Cengkih atau Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara.

Syarat Tumbuh
  • Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andoso.
  • Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5-6,5.
  • Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh berkisar 1.500-2.500 mm/tahun serta bulan kering kurang dari 2 bulan, suhu antara 25-34ÂșC kelembaban (RH) 80-90%.
  • Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh berkisar antara 200-600 meter diatas permukaan laut (dpl).
Persiapan Bibit
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi.

Syarat Pohon Induk
Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :Sehat,Berumur > 15 tahun, Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%), Hasil rata-rata terus naik, Jauh dari tipe cengkeh lainnya, Tidak terlindungi, Percabangan cukup banyak, Batang utama tunggal, Bebas hama penyakit.

Pembenihan
Benih yang digunakan memiliki kriteria : benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan, berat 0.85-1.1 g, tidak cacat, tidak berlendir, harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai, tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi penyakit cacar daun cengkeh).Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan  hati-hati agar kulit  benih tidak terluka.
Pengupasan dilakukan  dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.


Persemaian
  • Persemaian dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit. Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih selama 2 bulan.
  • Disiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara-selatan. Jarak antar bedengan 30-50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
  • Biji-biji ditanam dengan jarak 5x3 cm dengan ujung teratas benih tepat dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian biji akan mulai berkecambah.
  • Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami, alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar 75%. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
  • Tanah bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
  • Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ±0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5x5 cm.
  • Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing berada di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih yang terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar menjadi bengkok.
  • Untuk menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari (tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian ditutup dengan karung goni.
  • Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.
Penanaman Bibit
Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4-7 helai. Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap. Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok. Penanaman bibit di pembibitan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Langsung di bedengan

  • Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun diberi pupuk kandang sebanyak ±20 kg/m2.
  • Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50% cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan sebelah timur 2 m dan di barat 1.5 m.
  • Jarak tanam 20x20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1 tahun), dan 40x40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah berumur 2 tahun).
  • Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
  • Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.
b. Menggunakan polybag
  • Disiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, ukuran polybag 15x20 cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20x25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara teratur di pembibitan dengan jarak 30x30 cm atau 30x40 cm.
  • Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
  • Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.
Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :

  • Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak terlalu basah.
  • Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
  • Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
  • Kerapatan naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10 bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit.
  • Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
  • Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3-4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan pemupukan berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2 minggu sekali.
  • Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.
Pemilihan bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi. Beberapa kriteria yang digunakan untuk seleksi bibit cengkeh adalah :
  • Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
  • Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
  • Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan panjang ±45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
  • Mempunyai batang tunggal.
  • Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua.
Penanaman
1. Persiapan Lahan

  • Pembersihan lahan yang dilanjutkan dengan pegolahan tanah.
  • Pembuatan lubang tanam, ukuran yang biasa digunakan panjang, lebar dan kedalaman masing-masing berkisar antara 60-80 cm (60x60x60 cm atau 80x80x80 cm atau 80x80x60 cm)
  • 2 minggu-1 bulan sebelum tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5-10 Kg/pohon.
  • Untuk mengatur kelebihan air perlu dibuat saluran drainase yang cukup.
2. Jarak Tanam
  • Jarak tanam yang biasa digunakan pada penanaman cengkeh tidak sama tergantung pada ketinggian dan kemiringan tanah.
  • Jarak tanam yang biasa digunakan adalah sekitar 6 m x 7 m = 238 pohon, 7 m x 8 m = 178 pohon atau 8 m x 8 m = 156 pohon.
3. Pola Tanam
  • Penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan.
  • Pola tanam campuran (polykuntur) dengan system tanam pagar, yaitu memperkecil jarak tanam dalam baris (Timur-Barat) misalnya 12x5 m atau 14x6 m sehingga tersedia ruangan untuk tanaman sela/campuran.
  • Tanaman campuran dapat dilakukan pada tanaman yang belum produktif dan atau kurang produktif.
Pemeliharaan Tanaman
Setelah bibit cengkeh ditanam ke lapangan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pada tanaman cengkeh, pemeliharaan merupakan periode yang panjang, yaitu selama tanaman yang diusahakan tersebut dianggap masih menguntungkan secara ekonomis.
1.Pengelolaan Lahan dan Tanaman.
  • Penggemburan Tanah dan Sanitasi Kebun.
  • tanaman cengkeh umur 1-5 tahun merupakan periode yang kritis, sekitar 10-30% tanaman yang telah ditanam dilapangan mengalami kematian atau perlu diganti/disulam karena berbagai sebab, seperti hama penyakit, kekeringan, kalah bersaing dengan gulma, atau penyebab lainnya.
  • Penggemburan tanah disekeliling tanaman didaerah sekitar perakaran di cangkul dangkal (± 10 cm) sekurangnya 2 kali setahun, pad awal dan akhir musim hujan sekaligus sebagai persiapan pemupukan.
  • Gulma/alang-alang harus dibersihkan sampai akar-akarnya dengan cangkul/garpu atau dengan penyemprotan herbisida.
2. Pengaturan Naungan
  • Pada stadia awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan naungan yang cukup, berupa naungan buatan/sementara.
  • Naungan buatan diadakan maksimal untuk dua periode musim kemarau setelah penanaman.
3. Penyulaman.
  • Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan, yaitu untuk menghindari kematian tanaman karena kekurangan air.
  • Bibit sulaman yang dignakan berasal dari sumber benih dan umur yang tidak jauh berbeda dengan tanaman yang telah ditanam.
4. Penyiraman
  • Pada awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan kondisi tanah yang lembab, sehingga pada musim kemarau perlu adnya penyiraman.
  • Pada tanaman dewasa penyiraman kurang diperlukan lagi, kecuali pada kondisi iklim ekstrim kering.
5. Pemasangan mulsa
  • Untuk menjaga kelembaban tanah disekitar tanaman dan memberikan kondisi lebih baik bagi pertumbuhan akar.
  • Dilakukan menjelang musim kemarau.
6. Pemupukan.
  • tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dan meningkatnya produksi cengkeh setelah panen.
  • Berdasarkan pola penyebaran akarnya, penempatan pupuk pada tanaman cengkeh dilakukan dibawah proyeksi tajuk dan bagian dalam tajuk.
  • Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik, baik tunggal maupun berupa pupuk majemuk dalam bentuk butiran maupun tablet.
  • Pupuk anorganik berbentuk butiran (Urea, TSP/SP-36, KCI, Kieserit) diberikan pada proyeksi tajuk 2/3 bagian dan 1/3 bagian dibawah bagian dalam tajuk yang dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir menjelang musim hujan.
  • Pupuk anorganik berbentuk tablet, diberikan dalam 8 lubang tugal (4 lubang dibawah proyeksi tajuk dan 4 lubang tual dibawah tajuk bagi andalam) sedalam 10-15 cm. Pupuk tablet hanya diberikan setahun sekali, yaitu pada awal musim hujan.
Pengendalian Hama dan Penyakit.
Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkeh, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan kematian. Hama yang umum menyerang tanaman cengkeh adlah penggerek, perusak pucuk, perusak daun dan perusak akar. Sedangkan penyakit yang sering menyerang antara lain : Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC), Die back (mati ranting), embun jelaga.
Untuk pengendaliannya dapat digunakan insektisida/fungisida sesuai anjuran.
Panen
Produk utama tanaman cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya berkisar antara 60-70%. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada tandanya mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat. Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari bambu, serta tidak merusak daun disekitarnya pada waktu pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhafdap rendemen dan mutu bunga cengkeh serta miyak atsirinya. Saat pemetikan bunga cengkeh yng tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda (sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput, kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan apabila pemetikan terlambat (bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan diperoleh mutu yang rendah, tanpa kepala serta rendeman rendah.

Penanganan Bunga Cengkeh
Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai/gagang dan dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh segera dikeringkan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya dipanas matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.

  • Bunga cengkeh yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar, anyaman bambu (giribig) atau plastik, atau pada lantai jamur yang diberi alas plastik.
  • Selama proses pengeringan cengkeh dibolak-balik agar keringnya merata.
  • Proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan, mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10-12%.
  • Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar matahari sekitar 3-4 hari.
Cengkih/Cengkeh

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Filum: Angiosperms
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Rosids
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: S. aromaticum
Nama binomial
Syzygium aromaticum
(L.) Merrill & Perry

Rabu, 30 Mei 2012

Panduan » Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Panduan SL-PTT ini merupakan hasil pembahasan dengan Ditjen Tanaman Pangan dan Badan Pengembangan SDM Pertanian.

Download

Senin, 23 April 2012

PEMANFAATAN PEKARANGAN DISEKITAR KITA

Pekarangan adalah sebidang tanah yang berada disekitar rumah yang digunakan untuk tempat bermain anak-anak, untuk acara keluarga dan acara keakraban, serta ditanamai dengan berbagai jenis tumbuhan dan tanaman serta tempat pemeliharaan berbagai jenis ternak dan ikan.
Tujuan dari pemanfaatan pekarangan adalah untuk (1) meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.(2) menumbuhkan kesadaran keluarga agar mengenali dan mengetahui sumber-sumber pangan yang ada disekitar kita. (3) menumbuhkan kesadaran keluarga agar mau dan mampu memanfaatkan bahan pekarangan menjadi sumber pangan dan gizi keluarga.
Kegiatan pemanfaatan pekarangan sudah sejak lama dilaksanakan, bukan saja sebagai penyedia bahan makanan yang beraneka ragam akan tetapi juga dapat berfungsi sebagai tambahan penghasilan keluarga/tabungan keluarga Dari hasil pengamatan selama ini, tenyata belum semua pekarangan dimanfaatkan secara baik, karena: (1) Lahan pekarangan hanya ditanami dengan beberapa komoditi saja, sedangkan ternak dan ikan belum dipelihara, padahal potensinya cukup tinggi. (2) Petani belum dapat merancang pola tanam pekarangan dengan baik sehingga sering mengalami kekurangan bahan makanan seperti sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian akibatnya menu keluarga kurang bervariasi, cenderung tidak seimbang dan hanya memenuhi sumber karbohidrat saja. (3) Petani belum terbiasa membatasi pekarangan dengan pagar hidup yang dapat berfungsi sebagai sayuran (sumber vitamin A). (4) Setelah panen petani tidak menanam lagi, dengan alasan sulit mencari bibit/benih sayuran karena mereka belum mampu menghasilkan bibit/benih yang baik dan bermutu.
Manfaat pekarangan.
Pekarangan kalau ditanami dengan berbagai jenis tanaman dan tumbuhan serta pemeliharaan ternak dan ikan sangat banyak manfaatnya karena pekarangan dapat menghasilkan berbagai bahan pangan yang bergizi tinggi, seperti sayuran, buah-buahan, ternak kecil, unggas dan ikan, disamping itu kalau pekarangan diusahakan dengan baik dapat sebagai sumber pendapatan/tabungan keluarga karena hasil pekarangan bukan hanya untuk dikomsumsi tetapi juga dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga dan kalau ditata dengan baik dapat sebagai penambah keindahan rumah.
Pada dasarnya memanfaatkan pekarangan adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan karena : (1) Semua anggota keluarga dapat membantu mengelola pekarangan. (2) Pengaturan tanaman di pekarangan merupakan kegiatan yang tidak sulit karena bibit/benih sayuran, buah-buahan dan ternak dapat disediakan di pekarangan. (3) Dengan pergiliran tanaman yang baik, bahan makanan dapat dihasilkan secara terus menerus dengan jenis yang beranekaragam dan (4) Kotoran ternak dengan memperhatikan kebersihannya dan kesehatannya dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan sisa tanaman dapat digunakan sebagai makanan ternak dan ikan. (5) Pengaturan tanaman di pekarangan dapat menambah keindahan rumah sekaligus memperbaiki lingkungan hidup.
Budidaya tanaman sayuran di pekarangan.
1) Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman ± 15 cm. Tanah dihaluskan dan diratakan. Bedengan dibuat dengan lebar 80 - 100 cm dan panjang disesuaikan dengan lahan pekarangan yang ada.
2) Bibit/benih ditanam dengan jarak tanam 10 x 10 cm² atau 15 x 15 cm² ( jarak tanam disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam).
3) Pemeliharaan tanaman perlu dilaksanakan seperti penyiraman, penyiangan (dengan mencabut atau membuang tanaman pengganggu atau gulma).
4) Berikan pupuk kandang atau kompos pada tanaman dan kalau ada hama dan penyakit yang menyerang gunakan bahan alami (non kimia) agar sayuran kita bebas dari pestisida (sayuran organik).
5) Jenis tanaman yang ditanam di pekarangan sebaiknya diatur secara bergiliran. Pergiliran tanaman disesuaikan dengan musim.
6) Petiklah/panenlah tanaman sesuai dengan umurnya. Untuk tanaman sayuran dapat dipanen setelah berumur 20 - 60 hari.
Sumber : Kenali Potensi Sumber Pangan Disekitar Kita.
Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan