|
Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk
mencapai status semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan
tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil,
meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta
menghindari pencemaran lingkungan. Jadi pemupukan berimbang
merupakan pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang
dalam bentuk dan jenis pupuk. Pemupukan diberikan bagi hara
yang kurang dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk
memelihara hara tanah supaya tidak berkurang. Dalam penerapannya
pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal seperti urea,
SP-36, TSP,
dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk
tunggal. Agar sesuai dengan takaran pemupukan berimbang yang spesifik
lokasi, komposisi pupuk harus bervariasi sesuai kesuburan tanah
dan kebutuhan tanaman.
Kenapa Spesifik Lokasi?
Tanaman membutuhkan 19 unsur esensial bagi pertumbuhannya.
Enam unsur hara dibutuhkan dalam jumlah banyak (N, P, K, Ca, Mg
dan S). Kadar hara tanah dipengaruhi oleh unsur pembentuk tanah
seperti bahan induk, bahan organik, udara dan air. Pengelolaan tanah
dan tanaman juga mempengaruhi hara tanah. Kedua hal tersebut
menyebabkan keragaman tanah baik sifat kimia, fisika dan biologi
tanah. Penerapan pemupukan dan pemberian bahan organik yang berbeda
dari setiap jengkal tanah menyebabkan perbedaan status kesuburan
tanah. Penggunaan varietas jagung
yang potensi hasilnya berbeda, menyebabkan perbedaan penyerapan unsur hara atau perbedaan tingkat hasil.
Bagaimana Menerapkan Pemupukan Berimbang?
Kandungan hara N, P, dan K serta C-organik tanah berbeda-beda,
tergantung sifat-sifat tanah. Sebagai contoh, tanah bagian bawah yang
datar lebih subur daripada tanah bagian atas atau pada bagian
miring. Oleh karena itu dosis pupuk pada tanah-tanah
tersebut berbeda. Untuk menerapkan pemupukan berimbang perlu
dilakukan analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji
Tanah Kering (PUTK).
BagaimanaCara PengukuranKadar Hara Tanah?
Contoh tanah diambil pada areal yang akan ditanami jagung.
Pengambilan dilakukan agar mewakili areal tersebut, sehingga
sebanyak 10 anak contoh diambil secara acak kemudian dijadikan
satu, diaduk sampai rata, kemudian diambil sebanyak + 1 kg. Contoh
tanah dianalisis hara P, K, C-organik dan pH tanah serta kebutuhan
kapur. Dari hasil tersebut akan diketahui rekomendasi pemupukan
SP-36, KCl, kapur dan bahan organik. Apabila hasil analisis hara P
berstatus rendah, sedang dan tinggi, maka dosis pupuk SP-36
adalah sebagai berikut: 250, 175, dan 100 kg/ha. Jika
status K rendah, sedang dan tinggi dosis pupuk KCl
berturut-turut: 100, 75 dan 50 kg/ha. Kebutuhan kapur berkisar antara
500 - 2.000 kg/ha, dan kebutuhan bahan organik berkisar antara 1-2
t/ha.
Pupuk Apa yang Dapat Digunakan?
Pupuk untuk tanaman jagung dapat menggunakan pupuk tunggal
atau NPK majemuk, tergantung ketersediaannya di lapang. Pada
tanah yang bersifat masam gunakan pupuk N dari urea, dan amonium
nitrat, pupuk SP-36 dan P-alam, pupuk KCl, MOP, serta pupuk NPK yang
tersedia. Penambahan kapur pertanian (Kaptan), dapat menggunakan
dolomit. Pada tanah bersifat basa digunakan pupuk urea, ZA,
SP-36, KCl atau MOP, serta pupuk NPK. Bahan organik dapat
menggunakan bahan apa saja yang penting sudah matang.
Kapan Pemberian Pupuk yang Tepat?
Pupuk P merupakan pupuk yang tidak mobil di dalam tanah,
sehingga pupuk SP-36 diberikan pada saat tanam. Pupuk urea
dan KCl diberikan 2-3 kali, tergantung dengan tekstur tanah.
Semakin ringan tekstur tanah, semakin sering diberikan 3 kali atau
lebih. Kapur diberikan 3-5 hari sebelum tanam, sedangkan bahan
organik yang sudah matang dapat diberikan 1 minggu sebelum
tanam.
Bagaimana Cara Pemberian Pupuk?
Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki
metode pemberian. Pupuk urea, SP-36 dan KCl atau pupuk NPK majemuk
diberikan dengan
Sumber: A. Kasno, Balai Penelitian Tanah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar